Ada 9 penyebab error saat pengembangan software. Sembilan penyebab error tersebut adalah sebagai berikut :
- Faulty requirement definition
- Client-developer communication failures
- Deliberate deviation from SW requirements
- Logical design errors
- Coding errors
- Non-compliance with documentation and coding instructions
- Shortcomings of the testing process
- Procedure errors
- Documentation errors
Salah satu penyebab software error adalah coding error. Coding error adalah salah satu penyebab kesalahan pada pengembangan software yang terjadi karena developer salah menerjemahkan dokumen desain software ke dalam sebuah bahasa pemrograman, salah memasukkan data, salah menggunakan tools, dan lainnya.
Studi Kasus :
- Kasus ini merupakan kasus nyata yang pernah dilakukan oleh kami sendiri pada saat mengerjakan proyek pembutan perangkat lunak beberapa bulan yang lalu. Masalah yang terjadi adalah program yang kami buat sudah tidak ada error yang muncul dan tidak ada notifikasi error saat dicomplie. Tetapi data yang dimasukkan ke dalam form Barang yang dibeli tidak bisa masuk ke database.
- Setelah ditelusuri, ternyata developer (kami) salah mendefinisikan tipe data di codingan dan row yang ada di database kurang satu atribut lagi
Documentation error juga merupakan salah satu penyebab software error. Yang dimaksud dengan documentation error adalah kesalahan menjelaskan desain pernagkat lunak, tampilan, atau user manual. Selanjutnya adalah Non-compliance with documentation and coding instruction. Faktor yang ini sebenarnya mempunyai keterkaitan dengan Documentation error. Maksud dari Non-compliance with documentation and coding instruction adalah ketidakpatuhan software developer terhadap dokumen requirement atau diagram aktivitas. Terkadang developer mengerti maksud requirement yang dibutuhkan tetapi tidak cukup baik untuk menjelaskan dalam laporan. Bisa juga hal ini dikarenakan developer yang merasa sudah mengerti apa yang harus dilakukan sehingga developer tersebut tidak menggunakan dokumen yang ada sebagai panduan.
Studi Kasus 2 :
Studi kasus ini diambil dari tugas akhir yang berjudul :
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI E-KATALOG PENGADAAN MOBIL INSTANSI PEMERINTAH
SPSE saat ini hanya mampu melakukan pengadaan dengan sistem tender/lelang. Sedangkan sebagian Pengadaan Barang/Jasa akan lebih efisien dan cepat jika dilakukan dengan sistem pembelian langsung (e-purchasing). Jadi dengan adanya software ini akan menjadikan pengadaan barang/jasa lebih efisien, yaitu mempermudah pihak LKPP dalam menstandarisasi spesifikasi barang yang masuk ke dalam E-Katalog, mempermudah pihak Panitia Pengadaan untuk melakukan pembelian langsung melalui E-Purchasing dan mempermudah proses verifikasi para penyedia barang.
Efficiency : Kebutuhan efisiensi berkaitan dengan sumber daya perangkat keras atau hardware yang dibutuhkan untuk menjalankan semua fungsi dari sistem software dengan keseuaian terhadap semua kebutuhan. Sumber daya hardware utama yang dipertimbangkan adalah kapasitas memproses dari komputer tersebut, kapasitas penyimpanan data, dan kapabilitas komunikasi data.
Kesimpulan :
Jadi, menurut kami, software ini sudah efisien, karena spesifikasi minimal yang di butuhkan gampang di temui.
Correctness adalah sejauh mana suatu software memenuhi spesifikasi dan mission yang sudah ditetapkan sebelumnya(dokumen SKPL).
(Source : http://www.scribd.com/doc/45660350/44/KRITERIA-PENJAMINAN-KUALITAS-SOFTWARE )
Kesimpulan :
Dari ketiga test case yang dipaparkan di dalam buku TA menyatakan bahwa Use case tersebut sudah terbukti benar jika dilihat dari segi Correctness-nya. Tetapi tidak semua use case ditampilkan hasil test case nya. oleh karena itu, pembuktian Correctness hanya terbatas pada pada ketiga use case tersebut (Tambah katalog, Rubah detail katalog, dan Penambahan ATPM)
- Onny Fortunela (5209100159)
- Nurul Fakhria (5209100097)